Jakarta, CNN Indonesia —
Pihak yang mengklaim sebagai peretas Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2, di Surabaya, ransomware gang Brain Chiper, mengaku bakal Menyediakan secara gratis kunci pembuka (dekripsi) data yang dikunci ransomware hari ini.
Diberitakan, PDNS 2 lumpuh sejak 20 Juni akibat serangan ransomware atau peretasan yang mengunci data-data di dalam sistem.
Akibatnya, sebagian besar data di pusat data yang dipakai 282 institusi pemerintah pusat dan daerah tersebut terkunci dan tak bisa dipulihkan Sampai sekarang Sekarang.
Pemerintah menyebut pelaku meminta tebusan US$8 juta atau sekitar Rp131,8 miliar buat membuka kuncinya. Justru, Kominfo mengaku tak Berencana membayar tebusan itu.
“Masyarakat Indonesia, kami meminta maaf atas fakta bahwa [serangan] ini berdampak ke semua orang,” kata brain chiper dalam bahasa Inggris, dalam pernyataan yang diunggah oleh akun X perusahaan intelijen siber StealthMole, Selasa (2/7).
Menurutnya, “keputusan tersebut secara sadar dan mandiri.”
Akun ‘gelap’ yang menyertakan tagline “More important than money, only honor” ini Bahkan mengaku Berencana membagikan kunci-kunci data yang diretas secara cuma-cuma.
“Rabu ini kami Berencana memberi Anda kunci-kuncinya secara gratis,” ungkap Brain Cipher.
Kelompok ini berharap peretasan PDNS tersebut mendorong pendanaan dan SDM yang lebih layak di sektor teknologi ini.
“Kami harap serangan kami membuat jelas soal betapa pentingnya buat mendanai industri ini dan merekrut Ahli yang layak,” kata mereka.
“Bila perwakilan pemerintah menganggap salah berterima kasih kepada peretas, Anda bisa melakukannya secara pribadi lewat kantor pos,” imbuh keterangan tersebut.
CNNIndonesia.com Sudah meminta keterangan Kominfo dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) terkait hal tersebut, Justru belum ada respons Sampai sekarang berita ini terbit.
Terpisah, Ahli keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya meminta pemerintah tidak tergoda tawaran Brain Cipher. Pasalnya, ada potensi penyusupan malware atau program perusak ke dalam ‘kunci gratis’ tersebut.
“Kalau Brain Cipher itu ngasihnya software-nya Bahkan, Ia berbaik hati bikinin, tapi kita udah curiga. Tapi Bisa jadi aja Ia menyelipin [malware] Bahkan bisa, jadi kita mesti hati-hati,” ungkap Ia, ditemui di Jakarta, Selasa (2/7).
“Kalau dalam bentuk software. Kalau bentuk string udah terima aja. String enggak ada risiko, itu memang kuncinya,” imbuhnya.
Malware merupakan perangkat lunak yang dirancang dengan tujuan merusak dan menghancurkan jaringan yang ada di dalam sebuah perangkat. Perangkat lunak jenis ini Bahkan dapat digunakan buat mencuri data, termasuk informasi pribadi dari perangkat pengguna.
Menurut Alfons, ada dua komponen yang dibutuhkan untuk membuka data yang dienkripsi oleh ransomware, Dikenal sebagai kunci dan software atau perangkat lunak.
Komponen Yang utama Merupakan kunci dekripsi, karena komponen ini hanya bisa disediakan oleh Aktor atau Aktris di balik serangan ransomware. Sementara, software untuk dekripsi bisa dibuat oleh siapa saja, tak mesti dari penjahat sibernya.
“Jadi kalau Ia udah kasih kuncinya Kenyataannya untuk men-decrypt itu Wajib ada software. Software-nya menjalankan, ambil datanya, masukin kuncinya, buka gitu. Tanpa melibatkan pembuat Brain Cipher pun Kenyataannya orang bisa,” tutur Alfons.
“Yang utama kuncinya bukan software, software siapapun bisa bikin. Kuncinya cuma Ia yang punya,” tandas Ia.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA