Konvoi Kepala Negara Ekuador Diserang Massa saat Aksi Penolakan Besar-besaran


Jakarta, CNN Indonesia

Konvoi Kendaraan Pribadi Kepala Negara Ekuador Daniel Noboa diserang massa saat Aksi Penolakan besar-besaran meletus di negara itu.

CNN melaporkan Kendaraan Pribadi pembawa bantuan kemanusiaan yang Bahkan membawa Noboa diserang ketika memasuki Provinsi Imbabura, Minggu (28/9) malam waktu setempat. 

Sebanyaknya orang saat itu Di waktu ini Bahkan sedang menggelar Aksi Penolakan memprotes harga bahan bakar minyak (BBM). Aksi Penolakan pada Minggu itu merupakan hari kedelapan dan berujung ricuh.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Senin (29/9), pemerintah Ekuador mengatakan sekitar 350 orang terlibat dalam penyerangan konvoi Kepala Negara. Serangan itu dilancarkan menggunakan kembang api, bom molotov, dan bebatuan.

Menurut juru bicara kepresidenan, Carolina Jaramillo, sekitar 50 tentara yang mengawal kendaraan berusaha mengusir massa saat penyerangan terjadi. Jaramillo tak merinci apakah ada yang terluka dalam peristiwa tersebut.

Kendaraan Pribadi konvoi bantuan ini sendiri tak cuma membawa Noboa, tetapi Bahkan Sebanyaknya diplomat asing, di antaranya diplomat Vatikan Andrés Carrascosa, Duta Besar Uni Eropa Jekaterina Dorodnova, dan Duta Besar Italia Giovanni Davoli.

Kedutaan Besar (Kedubes) Italia di Ekuador menyatakan diplomatnya tidak terluka dalam serangan tersebut. Kendati begitu, mereka menyesalkan “tindakan teroris” yang ditujukan terhadap pemimpin Ekuador.

Kedubes Vatikan dan Uni Eropa sementara itu belum menanggapi pertanyaan CNN.

Dalam foto-foto yang diunggah di X, terlihat beberapa jendela Kendaraan Pribadi pecah dan retak dalam serangan tersebut. Pihak kepresidenan menuding bahwa serangan ini dilancarkan “kelompok teroris” yang menyusup di antara para pedemo.

Sebanyaknya pejabat secara terpisah mengatakan Aksi Penolakan di akhir pekan ini Pernah berujung Kekejaman Sampai sekarang satu orang meninggal dunia. Sebanyak sembilan tentara Diberitakan terluka dan 17 personel diculik dalam peristiwa tersebut.

Menurut Konfederasi Masyarakat Adat (CONAIE) selaku pihak penggagas Aksi Penolakan, korban tewas pada Minggu merupakan masyarakat sipil yang ditembak oleh angkatan bersenjata. Mereka pun mendesak pemerintah untuk berhenti menyalahkan dan menindas komunitas masyarakat adat.

Kantor Kejaksaan Ekuador Pernah menyatakan Nanti akan menyelidiki kasus ini.

Aksi Massa di Ekuador pecah setelah pemerintah mengumumkan Nanti akan mengakhiri Bantuan Pemerintah diesel guna mengurangi belanja publik. Pemerintah mengeklaim Bantuan Pemerintah tersebut Pernah membebani keuangan negara dan penghapusan Bantuan Pemerintah diperlukan guna memperbaiki defisit.

Masyarakat Ekuador pun Penolakan karena penghapusan Bantuan Pemerintah menyebabkan semua harga naik, terutama di sektor transportasi dan pertanian.

Aksi Penolakan ini meluas dengan pemblokiran jalan terjadi di mana-mana dan para buruh mogok kerja.

Pemerintah Pada Kesimpulannya menetapkan status darurat di Sebanyaknya provinsi dengan mayoritas masyarakat adat untuk merespons Aksi Massa.

(blq/dna)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA