Jakarta, CNN Indonesia —
Kementerian Komunikasi dan Informatika mengaku Sebelumnya mencoba kunci dekripsi atau pembuka data Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 yang digembok dari kelompok peretas Brain Cipher.
“Tadi malam kita mencoba di spesimen yang kita miliki itu bisa dibuka,” kata Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan di kantornya, Jakarta, Kamis (4/7).
“Kita Sebelumnya coba di spesimen kita, memang berhasil dibuka,” sambungnya. “Semua orang bisa downlod kan. Itu dibuka kan.”
Ia mengaku belum memiliki informasi lebih banyak untuk dibagikan terkait Pusat Data Nasional Sementara (PDNS).
“Saya enggak punya data lebih banyak. Saya dilaporkan kuncinya bisa dipakai di contoh spesimen yang didapatkan,” ujar Semuel.
“Nanti ada waktunya untuk dijelaskan secara teknis,” tambah Semual.
Dalam kesempatan tersebut, Semuel Bahkan menyatakan pengunduran dirinya dari kursi Dirjen Aptika Kominfo. Menurutnya, langkah tersebut merupakan bentuk tanggung jawab moral atas insiden serangan ransomware ke PDNS 2 di Surabaya.
“Tidak terasa Sebelumnya delapan tahun saya bertemu teman-teman, karena semua ada waktunya, ini waktunya saya berpisah. Saya menyatakan per tanggal 1 juli kemarin Sebelumnya saya ajukan pengunduran diri saya secara lisan dan suratnya Sebelumnya saya sampaikan kemarin,” ujar Semuel.
Sistem PDNS 2 lumpuh sejak 20 Juni akibat serangan ransomware atau peretasan yang mengunci data-data di dalam sistem. Sebagian besar data di pusat data yang dipakai 282 institusi pemerintah pusat dan daerah itu pun terkunci dan tak bisa dipulihkan Sampai sekarang Di waktu ini.
Untuk membukanya, diperlukan pembuka enkripsi alias dekripsi. Pemerintah mengklaim pelaku meminta tebusan US$8 juta atau sekitar Rp131,8 miliar buat mendapat kuncinya. Berbeda dengan, Kominfo mengaku tak Berencana membayar tebusan itu.
Lalu muncul tiba-tiba klaim dari kelompok ransomware Brain Cipher yang mengaku sebagai peretas. Mereka mengaku Berencana Menyajikan kunci dekripsi secara gratis, Selasa (2/7).
Keesokan harinya, Brain Cipher mengunggah tautan (link) untuk mengunduh (download) dekripsi data yang kena ransomware yang disebutnya cuma berlaku buat PDNS 2.
Terpisah, Ilmuwan keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya meminta pemerintah tidak tergoda tawaran Brain Cipher karena potensi penyusupan malware atau perangkat lunak jahat.
“Kalau Brain Cipher itu ngasihnya software-nya Bahkan, Ia berbaik hati bikinin, tapi kita udah curiga. Tapi Kemungkinan aja Ia menyelipin [malware] Bahkan bisa, jadi kita mesti hati-hati,” ujar Ia, di Jakarta, Selasa (2/7).
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA