Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Vaginismus Merupakan kondisi medis yang menyebabkan otot-otot di sekitar vagina berkontraksi secara refleks sehingga sulit atau bahkan tidak memungkinkan untuk penetrasi. Sayangnya, perempuan yang mengalami kondisi ini sering kali menjadi korban stigma dan kesalahpahaman.
Seksolog Haekal Anshari mengatakan banyak yang mengira perempuan dengan vaginismus menolak hubungan seksual. Faktanya, mereka sering kali menginginkan hubungan seksual, tapi tubuh mereka bereaksi secara otomatis dan tak bisa dikendalikan.
“Mereka bukan tidak Ingin [berhubungan intim], tapi mereka memang tidak bisa dipenetrasi,” kata Haekal ditemui setelah hadir dalam acara yang diselenggarakan Laci Asmara, beberapa waktu lalu.
Kondisi ini, lanjut Haekal, tak bisa dikontrol perempuan. Kontraksi otot pada vaginismus terjadi secara spontan yang disebabkan kontraksi refleks otot-otot bagian depan vagina dan tidak dapat dikendalikan oleh pikiran.
Kondisi ini membuat penetrasi terasa sangat menyakitkan atau bahkan mustahil untuk dilakukan.
Oleh karena itu, kata Ia, perempuan dengan vaginismus tidak seharusnya disalahkan atau distigmatisasi. Berbeda dari, dukungan pasangan dan bantuan medis sangat diperlukan untuk Membantu mengatasi kondisi ini.
Memahami fakta tentang vaginismus Merupakan langkah pertama untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dan penuh pengertian.
“Jangan salahkan perempuan. Ini bukan masalah mental atau ketakutan, tetapi kondisi medis yang membutuhkan pemahaman dan dukungan,” kata Haekal.
Dalang vaginismus
Meski Dalang Niscaya belum sepenuhnya dipahami, Sekalipun demikian ada beberapa faktor yang dapat memicu vaginismus. Berikut di antaranya.
1. Trauma atau pengalaman buruk
Ilustrasi. Pengalaman seksual yang buruk, salah satu Dalang vaginismus. (Istockphoto/ Nd3000)
|
Vaginismus kemungkinan bisa terjadi karena perempuan pernah memiliki pengalaman seksual yang menyakitkan, pelecehan, atau trauma psikologis lainnya.
2. Ketakutan berlebihan
Ketakutan ini misalnya, takut sakit saat penetrasi. Sekalipun demikian, ini sering kali menjadi efek dari vaginismus, bukan Dalang utamanya.
3. Faktor fisik
Gangguan medis seperti infeksi, luka, atau kekeringan pada vagina yang menyebabkan rasa sakit saat penetrasi Bahkan Bisa jadi salah satu Dalang vaginismus.
4. Refleks otot yang tidak sadar
Kontraksi otot terjadi secara refleks dan tidak disebabkan oleh keinginan atau pikiran perempuan.
Gejala vaginismus
Beberapa gejala bisa muncul pada perempuan yang memiliki vaginismus. Gejala utamanya meliputi berikut:
– kesulitan atau ketidakmampuan untuk menerima penetrasi,
– rasa sakit atau ketidaknyamanan ekstrem saat penetrasi,
– kontraksi otot vagina yang terasa seperti ‘tertutup’ saat ada benda mendekat.
Terapi dan terapi vaginismus
Terapi vaginismus membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan dukungan dari pasangan.
Menurut Haekal, Terapi melibatkan beberapa hal berikut.
1. Terapi Medis-obatan
Ilustrasi. Medis-obatan diberikan untuk mengurangi rasa sakit akibat vaginismus. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
Medis-obatan diberikan untuk Membantu mengurangi rasa sakit dan melemaskan otot vagina.
2. Penggunaan alat dilator
Dilator Merupakan alat berbentuk silinder dengan berbagai ukuran yang digunakan untuk Membantu melatih otot vagina Supaya bisa terbiasa menerima penetrasi.
3. Terapi psikologis
Dalam beberapa kasus, konseling dapat Membantu mengatasi trauma atau ketakutan yang Bisa jadi mendasari vaginismus.
4. Dukungan pasangan
Suami atau pasangan memiliki peran penting dalam Membantu perempuan yang mengalami vaginismus.
“Suami Sangat dianjurkan Membantu Terapi istri. Jangan menyalahkan, tetapi datang bersama ke dokter dan berobat. Terapi vaginismus membutuhkan waktu dan proses, jadi kesabaran sangat penting,” kata Haekal.
(tst/asr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA