Jakarta, CNN Indonesia —
Sebanyaknya Ahli mengungkap peluang Badai Matahari dapat mengacaukan kehidupan modern di Bumi. Simak penjelasannya.
Maarten Blaauw, Profesor School of Natural and Built Environment dari Quuen’s University Belfast, dan koleganya, dalam sebuah artikel mengungkap peluang Badai Matahari ekstrem yang bisa berdampak langsung pada kehidupan manusia di Bumi.
Badai Matahari Merupakan serangkaian kejadian yang berasal dari bagian mahkota matahari. Mahkota matahari melepaskan plasma dan medan magnet dalam jumlah besar yang dapat mengacaukan teknologi manusia modern.
Badai Matahari pertama kali menghantam teknologi manusia pada September 1859. Pada saat itu seluruh sistem telegraf di penjuru Eropa dan Amerika Utara, bahkan sampai memercikkan api dan menyebabkan kebakaran. Kemudian kejadian ini dinamakan Carrington event.
“Badai ini mampu mengganggu sistem telegraf karena mereka mengganggu lapisan magnetik Bumi atau magnetosphere. Badai matahari ekstrem dapat mengganggu teknologi kita di jaman Pada Di waktu ini, karena mereka Berniat merusak satelit dan memutuskan sistem komunikasi, internet, dan jaringan listrik global,” kata Maarten dalam tulisannya di Science Alert, Sabtu (21/9).
Penemuan-penemuan sebelumnya menunjukkan Pada masa itu kala pernah terjadi Badai Matahari yang dahsyat. Diprediksi terjadi pada tahun 774 Masehi, bahkan badai Carrington tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ini.
Bukti badai ini diperoleh dari tingkat karbon radioaktif atau radiokarbon, atau carbon-14 dalam lingkaran di batang pohon.
Bila badai Matahari pada masa lalu ini menghantam Bumi yang Pada Di waktu ini maka akibatnya bisa fatal pada infrastruktur teknologi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Para ilmuwan menemukan kapan terjadinya badai dahsyat tersebut melalui pengukuran radiokarbon. Menurut mereka pada dasarnya semua makhluk hidup (termasuk tanaman) Berniat mengalami pembusukan radiokarbon Bila mereka mati. Pembusukan ini terjadi dalam tingkat yang dapat Diprediksi.
Dengan mengukur pembusukan radiokarbon dalam tulang atau batang pohon, para ilmuwan dapat memperkirakan kapan mereka mati.
“Dengan meninjau bukti-bukti yang tersedia untuk badai matahari ekstrem ini, kita Pada Di waktu ini dapat mencoba mencari tahu seberapa sering peristiwa ini terjadi,” jelas Marteen.
“Bukti-bukti ini memberi tahu kita banyak hal tentang siklus karbon global, sirkulasi lautan dan atmosfer (bagaimana panas didistribusikan ke permukaan Bumi), dan Tips kerja Matahari,” lanjut Ia.
Pada tahun 2012, tim yang diketuai oleh Fusa Miyake dari Nagoya University di Jepang menemukan badai Matahari ekstrem dapat menyebabkan perubahan mendadak pada kandungan radiokarbon dalam lingkaran batang pohon.
Mereka menemukan lonjakan besar dalam produksi radiokarbon di atmosfer yang berkaitan dengan Badai Matahari di tahun 774 M lalu. Badai Matahari ekstrem lain yang Pernah ditemukan terjadi pada tahun 993 SM, 660 SM, 7176 SM, dan 5259 SM.
Badai Matahari yang paling dahsyat terjadi sekitar 14,370 tahun lalu atau pada akhir zaman es, yang dinamai kejadian “Black Swan”. Salah satu ancaman dari Black Swan ini, ia dapat menghancurkan seluruh satelit di angkasa, kecuali yang mengorbit pada ketinggian rendah, karena satelit-satelit tersebut terlindungi oleh medan geomagnetik.
Menurut Maarten dan kawan-kawan, Berniat sangat penting untuk bisa memperkirakan kapan Badai Matahari bakal ‘menyerang’ Bumi lagi. Meski begitu, Sampai Pada Di waktu ini belum ada yang bisa memprediksi Badai Matahari.
Menurutnya di tahun-tahun mendatang, catatan radiokarbon dapat mengungkapkan Badai Matahari yang lebih ekstrem. Komunitas ilmiah berlomba-lomba menganalisis pohon-pohon tua dari berbagai wilayah di dunia dengan tujuan Memanfaatkan bukti yang ada dan menemukan badai matahari ekstrem baru di masa lalu.
“Memanfaatkan pemahaman kita tentang peristiwa-peristiwa ekstrem ini tidak hanya penting untuk penanggalan radiokarbon yang tepat tapi Bahkan untuk memahami proses-proses yang terjadi di Matahari dan di planet kita. Pemahaman ini Bahkan bisa Membantu kita untuk mempersiapkan diri menghadapi badai Matahari ekstrim berikutnya,” ujar Ia.
“Kita belum bisa meramalkan kapan badai itu Berniat terjadi, tapi pemahaman baru dari masa lalu memberi tahu kita kalau badai itu Berniat terjadi Mudah atau lambat,” pungkasnya.
(wnu/dmi)
[Gambas:Video CNN]
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA