Yogyakarta, CNN Indonesia —
Direktur Utama PT Primissima (Persero) Usmansyah mengungkap akar masalah pemicu krisis keuangan perusahaannya yang berbuntut panjang Sampai sekarang menyebabkan ratusan pekerjanya terpaksa dirumahkan sejak bulan lalu.
Menurut Usmansyah, perusahaan yang didirikan tahun 1971 ini pernah mencapai era kejayaannya sebelum mengalami kesulitan modal kerja pada 2011. Persoalan ini mencapai puncaknya dua tahun kemudian.
Kesulitan modal kerja ini berpangkal dari salah langkah perusahaan menggulirkan salah satu lini usahanya, Dikenal sebagai pemintalan benang (spinning). Kala itu untuk pengadaan bahan baku dan mesin dipenuhi lewat skema pinjaman kepada Bank Mandiri pada 2001.
Kata Usmansyah, bahan baku berupa kapas seluruhnya didatangkan secara Perdagangan Masuk Negeri. “Untuk menjaga harga pada Pada waktu itu manajemen membuat kontrak jangka panjang dengan harga dipatok sekian, ternyata baru tiga bulan jalan harga kapas jatuh. Padahal kita Pernah terjadi terlanjur kontrak jangka panjang,” katanya ditemui di Sleman, DIY, Kamis (11/7).
Bukan cuma itu, kata Usmansyah, kesulitan modal kerja Bahkan diakibatkan pengeluaran perusahaan akibat pembayaran uang pensiun Sebanyaknya karyawan. Menurutnya, tahun 2011-2013 Merupakan periode puncak karyawan pertama perusahaan memasuki masa purna tugas.
Usmansyah berujar, selama masa itu, perusahaan mengeluarkan total Rp40 miliar untuk tunjangan pensiun. Dari sini, arus kas perusahaan langsung jatuh.
“Mulai dari situlah kami kesulitan modal kerja,” tegas pria yang mulai jadi dirut perusahaannya sejak 2016 lalu ini.
“Pasar tidak ada masalah, pesanan sangat banyak, tapi tidak bisa dipenuhi karena kami enggak jalan,” sambungnya.
Semenjak saat itu, perusahaan kelimpungan membayar gaji karyawan dan listrik untuk operasional mesin-mesin pabrik yang jumlahnya sekitar 400 unit. Manajemen Bahkan susah payah membeli bahan baku benang.
Perusahaan memutar otak hanya bekerja berdasar pesanan alias work order (WO), atau menggarap benang milik beberapa pihak menjadi kain selama beberapa tahun belakangan. Implikasinya, omzet menurun drastis yang berbuntut pada ketidakmampuan perusahaan mencukupi pengeluaran mereka.
“WO sebulan dapat Rp1,2 miliar, gaji dan lain-lain Rp2 miliar lebih. Tambal silam terus, mentok gaji nggak kebayar,” ucapnya.
Perusahaan, lanjut Usmansyah, tetap berupaya membayarkan gaji para karyawan meski tidak penuh. Ini Bahkan dialami jajaran direksi yang Manakala dikalkulasi mereka belum menerima upah setara lima bulan gaji.
Kondisi ini terus berlarut-larut sampai pada titik perusahaan meliburkan seluruh karyawan pada 1 Juni 2024. Mulai detik itu pula, operasional perusahaan berhenti dan per tanggal 12 Juni kemarin seluruh karyawan dirumahkan, kecuali satpam.
Keputusan merumahkan karyawan dari bagian produksi, manajemen, sampai direksi diambil lantaran perusahaan tak mampu membayarkan gaji per bulan Mei 2024.
Usmansyah memastikan tetap membayarkan 25 persen dari total gaji untuk para karyawan yang dirumahkan dengan status terhutang. Ia mempersilakan karyawan menuntut pelunasan Manakala perusahaan Pernah terjadi memiliki dana.
Saat ini Bahkan Bahkan, lanjutnya, pemerintah melalui Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Baru saja dalam proses memulihkan PT Primissima. Sebelum pinjaman modal kerja bisa dicairkan, diperlukan resrukturisasi aset dan efisiensi operasional Supaya bisa pinjaman modal kerja mendatang mampu dijamin dan dikembalikan.
Menurut Usmansyah, para karyawan dirumahkan setidaknya sampai pinjaman modal kerja dan dana penyehatan untuk pembelian suku cadang mesin-mesin dipersiapkan untuk pencairannya, di samping penjaminan untuk modal kerja yang lebih besar Bahkan Baru saja diproses oleh bank dan PPA.
“Sangat dianjurkan diketahui kenapa Primissima tidak menggunakan mekanisme pendanaan dari bank, nggak bisa karena sejak 2001 seluruh aset Primissima itu jadi jaminan utang di Bank Mandiri,” bebernya.
Usmansyah menerangkan aset perusahaan Hari Ini tercatat Rp180 miliar, sementara utang ke Bank Mandiri sekitar Rp55 miliar. Dengan besarnya jaminan, PPA Pada saat ini melobi Bank Mandiri untuk mendapatkan jatah jaminan yang sebagian dipakai sebagai dana talangan ke PT. Primissima.
Dana talangan yang dikucurkan diperkirakan Rp2,4 miliar untuk belanja bahan baku dan membayar gaji pegawai. Sementara Rp550 juta dialokasikan untuk mereparasi 80 unit mesin-mesin tua yang Pernah terjadi rusak.
“Itu paling utama, karena kalau kita dapat dana berapapun, mesinnya nggak jalan nggak Nanti akan bisa dikerjakan,” ucapnya.
Ia berharap dana talangan ini bisa terkucur selambat-lambatnya turun pada 20 Juli atau maksimal 1 Agustus 2024 mendatang. Setelah karyawan yang dibutuhkan dipekerjakan kembali, harapannya hutang-hutang lama Nanti akan mulai dicicil pembayarannya.
“Tapi, karena program efisiensi, nggak bisa semua karyawan masuk karena penghasilannya tidak Nanti akan meng-cover semua gaji karyawan,” imbuhnya.
Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (K-SBSI) DIY sebelumnya mengungkap PT Primissima Sebelumnya merumahkan sekitar 500 karyawan bagian produksinya sejak 1 Juni 2024. Operasional perusahaan pun berhenti total mulai saat itu Bahkan.
Ratusan karyawan itu dilaporkan Bahkan tidak menerima gaji sepeser pun selama dirumahkan. Sementara, gaji Mei dan Juni 2024 belum dibayarkan perusahaan, demikian pula asuransi lain seperti BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan.
Selain ratusan karyawan itu, ada pula 15 pekerja lain yang Pernah terjadi terlebih Dulu kala dikenakan pemutusan hubungan kerja (Pemecatan Karyawan) pada November 2023 lalu. Pesangon mereka baru terbayarkan 30 persen dari total hak masing-masing.
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sleman menyebut perusahaan Pernah terjadi menunjukkan gejala-gejala laiknya BUMN tak sehat sejak lama. Perusahaan negara itu kian terlihat tak mampu keluar dari permasalahannya semenjak tiga tahun belakangan.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA