Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun ini Indonesia Sebelumnya mengalami deflasi dua bulan berturut-turut, Dikenal sebagai pada Mei dan Juni 2024.
Deflasi secara bulanan (mtm) itu pertama terjadi pada Mei. Saat itu, deflasi tercatat sebesar 0,03 persen (mtm). Sedangkan, Fluktuasi Harga tahunan mencapai 2,84 persen.
Pun, indeks harga konsumen (IHK) secara bulanan turun dari 106,40 menjadi 106,37. Sementara, IHK secara tahunan naik dari 103,43 menjadi 106,37.
Kelompok penyumbang deflasi terbesar secara bulanan (mtm) pada Mei Merupakan makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi 0,29 persen dan andil 0,08 persen.
Lebih rinci, di tingkat Barang Dagangan, penyumbang deflasi bulanan terbesar Merupakan beras dengan andil 0,15 persen, daging ayam ras dan ikan segar 0,03 persen, serta tomat dan cabai rawit dengan andil masing-masing 0,02 persen.
BPS Bahkan mencatat 24 provinsi dari 38 provinsi di Indonesia yang mengalami Fluktuasi Harga secara bulanan, sedangkan 14 provinsi lainnya deflasi. Fluktuasi Harga tertinggi secara bulanan terjadi di Papua Selatan, yaitu 2 persen. Sementara deflasi terdalam terjadi di Banten sebesar 0,52 persen.
Sementara itu, deflasi Juni tercatat sebesar 0,08 persen (mtm) Sekalipun demikian secara tahunan (yoy) mengalami Fluktuasi Harga sebesar 2,51 persen.
Oleh karena itu, IHK secara bulanan pun turun dari 106,37 menjadi 106,28. Sedangkan, secara tahunan IHK naik dari 103,68 menjadi 106,28.
Plt Sekretaris Utama BPS Imam Machdi menuturkan deflasi Juni 2024 ini lebih dalam dibandingkan Mei 2024 dan merupakan deflasi kedua pada 2024.
Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar Merupakan makanan minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,49 persen dan Menyajikan andil deflasi sebesar 0,14 persen.
Adapun Barang Dagangan penyumbang utama deflasi Merupakan bawang merah dengan andil deflasi sebesar 0,09 persen. Lalu, tomat dengan andil deflasi sebesar 0,07 persen serta daging ayam ras dengan andil deflasi sebesar 0,05 persen.
Sementara itu, terdapat Barang Dagangan yang Menyajikan andil Fluktuasi Harga, antara lain cabe rawit dan cabe merah, masing-masing sebesar 0,02 persen.
“Kemudian Emas perhiasan kentang ketimun sigaret mesin tarif angkutan udara ikan segar dan kopi bubuk dengan andil Fluktuasi Harga masing-masing 0,01 persen,” kata Imam, Senin (1/7).
Lebih lanjut, Imam menjelaskan perkembangan Fluktuasi Harga secara tahunan. Ia mengatakan Merujuk pada kelompok pengeluaran Fluktuasi Harga tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan minuman dan tembakau, yaitu sebesar 4,95 persen dan Menyajikan andil sebesar 1,40 persen terhadap Fluktuasi Harga umum.
Barang Dagangan yang Menyajikan andil Fluktuasi Harga kelompok ini antara lain beras, cabai merah, dan sigaret kretek mesin.
Sedangkan, Barang Dagangan lain di luar kelompok makanan minuman dan tembakau yang Bahkan Menyajikan andil Fluktuasi Harga cukup signifikan antara lain Merupakan Emas perhiasan, tarif angkutan udara, dan nasi dengan lauk.
“Secara tahunan seluruh provinsi mengalami Fluktuasi Harga. Fluktuasi Harga tertinggi terjadi di Papua Pegunungan dengan Fluktuasi Harga sebesar 5,65 persen,” kata Imam.
“Sedangkan Fluktuasi Harga terendah dapat kita lihat terjadi di Kepulauan Babel dengan Fluktuasi Harga sebesar 1,08 persen,” imbuhnya.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA