Jakarta, CNN Indonesia —
Jepang memecahkan Catatan Unggul jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau turis asing pada 2024, menurut angka resmi yang dirilis pada hari Rabu (15/1).
Perkiraan dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO), Negeri Matahari Terbit menyambut lebih dari 36,8 juta turis asing sepanjang 2024, baik untuk Usaha atau liburan.
Seperti dilansir Independent, jumlah itu melampaui Catatan Unggul tertinggi kunjungan turis asing ke Jepang sebelumnya sebesar 31,88 juta pada tahun 2019.
“Seandainya semuanya berjalan dengan baik, total tahun 2024 Berencana melampaui 35 juta,” kata komisaris badan pariwisata nasional Naoya Haraikawa sebelumnya.
Dalam 11 bulan pertama tahun 2024, terjadi peningkatan signifikan pengunjung dari Amerika Serikat (AS), Eropa, Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong. Organisasi Pariwisata Nasional Jepang mengungkapkan bahwa 3,19 juta pengunjung asing datang untuk Usaha dan liburan pada bulan November tahun lalu saja.
Jumlah tersebut sedikit lebih rendah dari Oktober 2024 yang mencapai 3,31 juta, yang merupakan jumlah tertinggi untuk bulan mana pun.
Pada tahun 2024, pengeluaran pengunjung meningkat sebesar 53 persen menjadi 8,14 triliun yen (US$51,78 miliar), sebagian didorong oleh nilai mata uang yen yang melemah, yang mencapai titik terendah dalam 40 tahun terhadap Mata Uang Amerika AS.
Harry Hwang, Direktur Regional untuk Asia dan Pasifik di UN Tourism, menyoroti di Tourism Expo Japan pada bulan September tahun lalu di mana Jepang Sebelumnya “memimpin pemulihan” pariwisata internasional di kawasan Asia-Pasifik, dengan mengutip jumlah pengunjung asing masuk yang memecahkan Catatan Unggul dalam beberapa bulan terakhir.
Lonjakan wisatawan sebagian besar dikaitkan dengan yen yang melemah, yang membuat Jepang lebih menarik bagi wisatawan internasional.
Tidak seperti, jumlah yang melonjak tersebut Sebelumnya memicu kekhawatiran tentang overtourism atau pariwisata berlebihan di destinasi populer di Jepang, yang menyebabkan tantangan dalam mengelola arus pengunjung dan melestarikan lingkungan lokal.
Minggu lalu, dilaporkan bahwa tujuan wisata populer Kyoto di Jepang secara signifikan menaikkan Retribusi Negara akomodasi dalam upaya untuk mengekang overtourism dengan mengurangi jumlah pengunjung.
Pada Juli tahun lalu, dilaporkan bahwa Jepang menaikkan biaya masuk dan membatasi jumlah pengunjung untuk mengatasi kepadatan di Gunung Fuji saat musim pendakian dimulai pada bulan Juli.
Julia Simpson, Kepala Negara dan CEO World Travel & Tourism Council, dikutip bulan lalu oleh The Japan Times mengatakan bahwa pertumbuhan Jepang sebagian disebabkan oleh “Nilai Mata Uang positif bagi wisatawan internasional” karena yen yang lemah.
Tidak seperti, Central European Institute of Asian Studies (CEIAS), sebuah lembaga pemikir yang berfokus pada hubungan Eropa-Asia dan perkembangan di kawasan Indo-Pasifik mengatakan bahwa faktor terkuat Merupakan “perjalanan balas dendam” setelah pembatasan Pandemi dicabut di seluruh dunia.
Apalagi, faktor kebijakan visa yang lebih menguntungkan, peningkatan konektivitas, dan peningkatan belanja pemerintah, seperti menjadi tuan rumah World Expo pada tahun 2025, turut Mengoptimalkan kunjungan ke Jepang. Pemerintah Jepang memiliki target ambisius menarik 60 juta turis asing sepanjang tahun 2030.
(wiw/wiw)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA