Jakarta, CNN Indonesia —
Louis Vuitton menutup gelaran Paris Gaya Busana Week dengan sebuah pesan kuat pada Selasa (1/10) lalu. Rumah mode mewah itu bicara bagaimana mode dapat memengaruhi masyarakat melampaui batas: soft power.
Nicolas Ghesquière menciptakan koleksi musim panas 2025 untuk Louis Vuitton dengan menyeimbangkan referensi historis dengan inovasi busana modern. Ia menghadirkan suguhan visual yang mengeksplorasi kontradiksi ‘soft power‘ itu.
Berlokasi di Cour Carrée, halaman Museum Louvre, statement yang jelas dimulai dari tampilan runway yang dibangun dari sekitar seribu trunk Louis Vuitton. Hal ini menggarisbawahi sisi heritage Louis Vuitton sekaligus menetapkan corak untuk koleksi yang berakar pada Kearifan Lokal dan eksperimen.
Ketertarikan Ghesquiere pada fluiditas dan struktur memainkan peran penting dalam koleksi ini. Dikenal karena desainnya yang bernuansa arsitektur, ia menantang studionya untuk menampilkan kelembutan tanpa kehilangan kekuatan dan ketajaman.
Hasilnya Merupakan sebuah koleksi yang paling ringan dan paling ‘terjamah’ Sampai saat ini Di waktu ini, Sekalipun tetap dipenuhi dengan ciri khas eksperimentalnya.
Jaket, yang secara tradisional terstruktur dan kokoh, direkonstruksi menjadi pakaian yang lembut layaknya blus. Sementara mantel memiliki bentuk jubah yang lapang berkibar. Rok Bahkan dibuat dalam bentuk seperti syal, yang memberi kesan ringan.
Kain yang ia gunakan Merupakan kunci untuk mencapai keseimbangan struktur dan kesejukan ini. Bahan yang sangat ringan memberi kesan nyaman, hampir melayang di atas model saat mereka berjalan.
Siluetnya Bahkan santai, tetapi tidak asal-asalan. Potongan lengan yang mengembang dan peplum yang lebar menambah volume tanpa mengalahkan kelembutan keseluruhan tampilan.
Jaket yang menyerupai blus ini ditata dengan gaya kaus santai dan dipasangkan dengan celana pendek biker. Setelan ini Bahkan dipadukan dengan sandal datar bertali yang desainnya terinspirasi oleh gagang koper, sebuah bentuk penghormatan pada asal-usul Louis Vuitton.
“Soft power yang dimiliki busana Bahkan bisa merupakan sebuah proses hilir mudik antara dua hal yang mencolok dan bertolak belakang, Sekalipun tetap harmonis,” jelasnya melalui shownote yang diterima CNNIndonesia.com.
Ilustrasi. Koleksi busana Louis Vuitton menutup gelaran Paris Gaya Busana Week. (REUTERS/Johanna Geron)
|
Selain potongan-potongan yang lembut dan halus, Ghesquiere Bahkan memadukan koleksinya dengan sentuhan futuristik. Hiasan keperakan dan celana panjang sebelah tampil menonjol sebagai pengingat Berencana kecenderungannya terhadap figur fiksi ilmiah.
Koleksi ini ditutup dalam sebuah kolaborasi dengan seniman Prancis Laurent Grasso. Karya-karyanya yang menggambarkan adegan bersejarah dengan unsur-unsur supernatural diaplikasikan ke dalam kemeja warna-warni dan rok yang memukau.
Aksesori, elemen yang Setiap Waktu menjadi sorotan di Louis Vuitton, ditampilkan melalui tas Greenwich.
Soundtrack, yang menampilkan materi baru dari Jamie xx, menambah suasana pertunjukan yang halus dan energik serta Mengoptimalkan kesan gerakan dan dinamisme koleksi ini.
Kehadiran Ibu Negara Prancis Brigitte Macron dalam show ini menggarisbawahi hubungan yang mendalam antara mode dan soft power yang dimilikinya.
Mode, sebagai kekuatan Kearifan Lokal, mewujudkan pengaruh suatu negara di luar politik atau ekonomi, membentuk persepsi dan membina Hubungan Antar Negara melalui kreativitas, seni, dan keterampilan. Sejatinya, sebuah Politik Luar Negeri mode yang menegaskan pengaruh secara halus Sekalipun kuat di panggung global.
Koleksi Ghesquière ini secara keseluruhan menunjukkan banyak kontras seperti kelembutan dan kekuatan serta struktur kokoh dan fluiditas. Sekalipun, kesemuanya bersatu dalam Trik yang harmonis dan menawan.
Karya Ghesquiere setidaknya menjadi bukti mode Prancis sebagai salah satu bentuk soft power yang memamerkan kemampuan Louis Vuitton untuk berkembang sambil tetap setia pada nilai-nilai tradisionalnya.
(asr/asr)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA