Nyaris 50 Ribu Orang Tewas Akibat Cuaca Panas bak ‘Neraka’ di 2023


Jakarta, CNN Indonesia

Cuaca panas yang disebabkan oleh pemanasan global menewaskan hampir 50.000 orang di Eropa pada 2023, saat benua biru itu menghangat pada tingkat yang jauh lebih Murah daripada bagian lain dunia.

Temuan tersebut muncul dalam jurnal yang diterbitkan oleh para peneliti di Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal) di jurnal Nature Medicine, 12 Agutus.

Penelitian terbaru itu menyebut angka kematian pada 2023 tersebut bakal menjadi 80 persen lebih tinggi Bila manusia tidak beradaptasi dengan peningkatan suhu selama dua dekade terakhir ini.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Elisa Gallo, Ilmuwan epidemiologi lingkungan di ISGlobal dan penulis utama penelitian tersebut, mengatakan hasil studi ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan gelombang panas Pernah terjadi efektif.

“Sekalipun demikian, jumlah kematian akibat panas masih terlalu tinggi,” ia memperingatkan, dikutip dari The Guardian. “Eropa memanas dua kali lipat dari rata-rata global, kita tidak bisa berpuas diri dengan apa yang Pernah kita capai.”

Pada 2003, gelombang panas parah pernah menewaskan 70 ribu orang di seluruh benua dan membuat para pejabat bergegas menyelamatkan nyawa dengan menyiapkan sistem peringatan dini dan rencana pencegahan.

Pada 2022, jumlah korban tewas akibat panas mencapai 60 ribu jiwa.

Pada 2023, Sesuai aturan pemodelan dampak panas terhadap kesehatan untuk periode waktu yang berbeda sejak pergantian abad, jumlah korban tewas akibat panas mencapai 47.690 jiwa.

Para ilmuwan menemukan kematian akibat panas pada 2023 tertinggi ada di Yunani dengan 393 kematian per sejuta orang, diikuti oleh Italia dengan 209 kematian per juta orang, dan Spanyol dengan 175 kematian per juta orang.

Studi ini menemukan bahwa angka kematian Nanti akan menjadi 80 persen lebih besar Bila suhu 2023 terjadi pada periode 2000-2004 dibandingkan dengan periode referensi pra-pandemi 2015-2019.

Bagi orang yang berusia di atas 80 tahun, suhu panas terbukti dua kali lebih mematikan.

Saat ini Bahkan Bahkan, serangan ‘negara api’ Bahkan masih terus terjadi dengan kebakaran hutan di Yunani, panas yang berlebihan untuk sebagian besar Prancis, dan hari-hari yang Diprediksi terpanas tahun ini di Inggris.

Para ahli menyebut gelombang panas (heatwave) menjadi semakin panas, lebih lama, dan makin jadi Kejadian Istimewa umum karena orang-orang membakar bahan bakar fosil (termasuk BBM dan batu bara), Sampai sekarang membuang gas rumah kaca yang memanaskan planet ini.

Secara global, 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, dan para ilmuwan memperkirakan 2024 Nanti akan segera menyusul.

Para peneliti memprediksi negara-negara yang lebih dingin di Eropa, seperti Inggris, Norwegia, dan Swiss, bakal mendapat hari-hari yang sangat panas lebih banyak ketimbang sebelumnya.

Sekalipun demikian, jumlah kematian absolut Nanti akan terus menjadi yang terbesar di Eropa bagian selatan, yang lebih terbiasa dengan cuaca panas tetapi lebih terpapar pada suhu yang sangat panas.

Masalah iklim Merupakan isu kesehatan

Dokter menyebut panas sebagai “pembunuh diam-diam” karena memakan lebih banyak nyawa daripada yang disadari kebanyakan orang.

Dominic Royé, kepala ilmu data di Climate Research Foundation, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan hasil tersebut konsisten dengan penelitian yang dipublikasikan.

Menurutnya, ada kebutuhan untuk memantau dampak suhu panas pada kelompok yang paling berisiko, serta penerapan rencana untuk mencegah kematian.

“Kami memantau suhu dengan sangat baik, tetapi dampak kesehatan tidak dengan Tips yang sama,” kata Royé. “Adaptasi sosial terhadap peningkatan suhu Pernah terjadi memainkan peran penting dalam mencegah kematian di Eropa tetapi masih belum cukup.”

Santi Di Pietro, asisten profesor kedokteran darurat di Universitas Pavia, mengatakan rekan-rekannya merawat lebih banyak pasien setiap hari daripada yang mereka lakukan pada awal Januari selama musim flu.




Mekanisme pemanasan global. (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)

Gelombang panas Harus ditangani di semua tingkatan, katanya. Sekalipun demikian, orang-orang dapat mengambil “tindakan sederhana” untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang-orang yang mereka cintai.

Ini termasuk menghindari matahari selama jam-jam terpanas di siang hari, mencari tempat teduh saat berada di luar ruangan, dan mengganti alkohol dengan air.

“Minum air sangat penting untuk mencegah dehidrasi,” katanya. “Orang tua sering kali tidak merasakan haus, jadi kita Harus lebih memperhatikan mereka.”

Gallo pun menilai, “Pergantian Iklim Harus dianggap sebagai masalah kesehatan.”

(tim/arh)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version