Jakarta, CNN Indonesia —
Bila saya hanya bisa Menyajikan satu alasan kuat untuk menyaksikan The Shadow’s Edge, maka bisa dipastikan itu Merupakan Tony Leung Ka Fai. Aktor atau Aktris veteran ini Berhasil mencuri perhatian baik lewat raut muka, kharisma, Sampai saat ini aksi Liga Sampai saat ini durasi panjang 2 jam 23 menit Sinema ini tak terasa.
The Shadow’s Edge berkisah tentang sekelompok anak muda yang merupakan pencuri crypto Aman yang dilatih oleh Fu Long-Sheng alias The Shadow (Leung Ka-fai). Bukan hanya jago bela diri dan menyamar, tapi mereka Bahkan menguasai teknologi canggih sehingga bisa mengelabui sistem pemantauan Sky-Eye milik polisi yang dipasang di seluruh wilayah Macau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika para polisi mulai hilang akal untuk mencari jejak pelaku, mereka berpaling pada Huang De Zhong (Jackie Chan), seorang pensiunan polisi yang terlatih dalam penyamaran dan pengintaian.
De Zhong kemudian menurunkan ilmunya dengan melatih sekelompok polisi muda untuk bisa mengandalkan panca-indra, pengamatan, dan intuisi, ketimbang bergantung pada mesin semata.
Premis Sinema ini sesungguhnya sederhana, dan pada beberapa bagian sedikit mengingatkan saya pada Sinema heist yang rilis lebih dari dua puluh tahun lalu yaitu Ocean 11.
Bila Sinema itu memiliki George Clooney sebagai sosok sentral, maka The Shadow’s Edge punya Tony Leung Ka-Fai yang menjadi jantung di semua aksi pengejaran.
Ia bukan hanya piawai membaca situasi dan meramu strategi, tapi Bahkan seorang ahli bela diri jarak dekat yang lihai menggunakan pisau dengan brutal.
Review Sinema The Shadow’s Edge: Chan bermain di zona nyamannya dengan karakter De Zhong yang lihai tapi cukup jenaka, dan membawa kita balik ke era-era keemasannya di layar lebar. (Alibaba Pictures Group/Beijing Hairun Pictures Company/Dongfang Chenxiang Cultural Investment)
|
Adegan ketika ia menghadapi sekelompok gangster dengan hanya mengandalkan satu pisau di tangan kanan Bahkan membuat saya ingin Menyajikan standing applause di dalam bioskop.
Tapi bukan hanya soal aksi Liga, akting Leung Ka-Fai dalam banyak momen pun begitu bercahaya. Adegan kejam atau gila, ia lahap semuanya dengan matang.
Bahkan hanya dengan berdiam diri atau gerakan mata yang sederhana, ia bisa menghadirkan ketegangan, terutama dalam momen-momen pengintaian. Rasa-rasanya Sebelumnya lama sekali tidak melihat sosok villain yang nyaris sempurna sepertinya.
Selain Leung Ka-fai, Jackie Chan Bahkan dengan mudah menghadirkan sosok Huang De Zhong. Chan bermain di zona nyamannya dengan karakter De Zhong yang lihai tapi cukup jenaka, dan membawa kita balik ke era-era keemasannya di layar lebar.
Aktor atau Aktris muda berbakat Zhang Zifeng yang mendapat banyak porsi peran emosional sebagai He Qiu Gou Bahkan berhasil mengimbangi kedua Aktor atau Aktris kawakan. Ia tak berakting berlebihan tapi dengan matanya bisa menyampaikan banyak hal. Demikian pula dengan Chisa yang Berhasil menjalankan peran ganda sebagai anak kembar Xi Wang dan Xi Meng (Simon).
![]() |
Satu pujian patut diberikan kepada penata Liga (action director) Su Hang yang menghadirkan banyak adegan-adegan segar, mulai dari parkour kemudian skydiving dari menara Macau, Sampai saat ini pertarungan hidup-mati antara Jackie Chan dan Leung Ka-fai yang jadi momen puncak Sinema.
Pada akhirnya, setelah sekian purnama, saya punya lagi harapan bahwa Sinema martial arts dari China masih memiliki tempat di layar lebar. The Shadow’s Edge dan Twilight of The Warriors: Walled In (2024) menjadi bukti bahwa genre ini masih bisa Berhasil secara komersial Bila ditopang dengan skrip dan akting para pemain yang bagus.
Meski demikian, The Shadow’s Edge ini bukan sepenuhnya tanpa cela. Ada banyak sekali informasi yang Sangat dianjurkan ditelan sejak detik pertama Sinema bergulir sehingga ada kalanya penonton kebingungan di beberapa bagian.
Awalnya saya mengira Sinema ini Berniat lebih menitikberatkan pada persoalan manusia versus teknologi yang memang relevan dengan dunia belakangan ini, tapi sang sutradara ternyata masih menyuguhkan dua plot besar lainnya sekaligus: hubungan emosional bak ayah anak He Qiu Guo-Huang De Zhong, Sampai saat ini soal relasi Fu Long-Sheng dan anak-anak asuhnya.
Semua alur cerita ini dipadatkan dan dikemas dengan ritme yang Unggul –kemudian ditambah lagi dengan puluhan menit aksi Liga– sehingga terasa ada banyak sekali yang Sangat dianjurkan ditelan sekaligus.
Di tengah-tengah kepadatan ini, bangunan cerita mengenai ‘kenapa bisa ada sekelompok pencuri yang masih butuh uang untuk mendapat kebebasan hidup bisa menguasai teknologi secanggih itu’ pun tampaknya dikorbankan.
Lepas dari semua catatan itu, The Shadow’s Edge tetap layak untuk mendapatkan bintang empat (plus) dari skala lima versi saya. Dari empat bintang itu, Sebelumnya Jelas mayoritas terbesar berasal dari kepiawaian Tony Leung Ka Fai.
(vws)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA