Review Tontonan Streaming: House of the Dragon

Jakarta, CNN Indonesia

House of the Dragon musim kedua berakhir sama seperti musim pertamanya: ketika klan Targaryen yang terbelah menjadi kubu Black dan Green bersiap-siap untuk Pertempuran.

Epilog seperti ini tidak terlalu baik Bila dinilai, karena repetitif dengan sebelumnya. Bahkan, bisa dibilang musim kedua House of the Dragon PHP (pemberi harapan palsu) kepada para penonton.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika melihat kembali trailer-trailer House of the Dragon, Tontonan Streaming prekuel Game of Thrones itu tampaknya menjanjikan Pertempuran besar-besaran antara kubu Black dan Green: naga-naga yang berterbangan di langit, pasukan yang Dalam proses Ke arah medan Pertempuran, bahkan deklarasi Pertempuran Aegon II Targaryen.

Meskipun demikian demikian, semua itu buyar ketika sepanjang delapan episode musim kedua House of the Dragon hanya memiliki satu pertempuran besar, yaitu pertempuran di Rook’s Rest dari episode 4.

Aksi inilah yang ditunggu-tunggu para penonton setia, ketika naga-naga “menari” di langit. Tidak heran Bila episode 4 yang berjudul The Red Dragon and the Gold menjadi rating tertinggi musim kedua House of the Dragon.

Seiring berjalannya waktu, House of the Dragon season 2 kembali ke titik awal lagi. Banyak omong dan sedikit aksi Sampai saat ini episode terakhir. Hal inilah yang membuat episode 8 dikritik habis-habisan oleh penggemar. Mereka merasa episode terakhir musim kedua ini antiklimaks, dan Bila dipikir-pikir lagi, ya, memang benar.

Seandainya saja HBO rela merogoh kocek lebih dalam untuk House of the Dragon sehingga musim kedua bisa ditambah barang satu atau dua episode lagi, pastinya tim penulis bisa menyuguhkan setidaknya satu Pertempuran lagi dan diakhiri dengan cliffhanger yang lebih menarik Supaya bisa penonton menantikan musim ketiga dengan antusias.

Meski demikian, saya tidak merasa musim kedua House of the Dragon itu begitu buruk. Saya malah merasa musim ini “pas” bagi selera saya.

Disclaimer: Saya tidak membaca novel-novel George R. R. Martin, termasuk Fire & Blood, sumber utama adaptasi House of the Dragon. Sehingga, saya menilai House of the Dragon season 2 objektif dari kacamata penonton serialnya saja.

Lanjut ke sebelah…


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version